Jumat, 19 Juni 2020

perpisahan

Perpisahan adalah suatu istilah dan momen haru yang paling tidak saya suka. Namun apa mau dikata. Itulah kehidupan. Perpisahan sudah pasti menjadi episode terakhirnya. Misalnya adalah kemarin (kamis 18 juni 2020). Perpisahan siswa –siswi kelas 6 MI An Nidhom. Perasaan saya cukup campur aduk antara sedih dan bangga. Sedih karena harus berpisah, dan bangga karena melihat mereka beranjak dewasa dan akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Prosesi Perpisahan kelas 6 MI An Nidhom pagi ini sangat sederhana. Tanpa sound system, panggung, maupun dekorasi megah layaknya prosesi wisuda pada tahun -tahun sebelumnya. Hanya berkumpul diruang kelas. Namun momen harunya tetap terasa. Meski tak sampai meneteskan air mata, namun hati ini tetap terasa sedikit nelangsa. Ada sesuatu yang hilang dari kehidupan. Yang biasanya hampir setiap hari dapat melihat gelak tawa mereka, melihat beberapa anak yang menangis karena dijahili temannya, melihat mereka aktif dalam belajar di kelas, dan sebagainya kini tidak akan lagi dapat saya lihat.

Perpisahan ini sebenarnya hanya perpisahan fase kehidupan. Perpisahan status yang mulanya adalah guru dan murid kelas 6 MI An Nihom, kini menjadi mantan guru siswa kelas 6 angkatan 2020 dan alumni MI An Nidhom angkatan 2020. Itu saja. Jadi pada hakikatnya. Perpisahan yang terjadi adalah perpisahan atau peralihan status hubungan social saya dengan murid kelas 6 saya. Itu saja. Tidak sampai perpisahan yang berarti hakikat perpisahan, yaitu tidak dapat bertemu kembali. Perpisahan ini dapat bertemu kembali kapanpun akan tetapi dalam momen yang sama sekali tidak sama.

Momen haru perpisahan yang paling terasa adalah momen perpisahan teman –teman seangkatan. Dari jenjang sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah sampai jenjang sarjana. Setiap momen perpisahan tersebut hati saya selalu merasa sedih dan berkata “duh, saya tidak akan bisa berkumpul dengan teman –teman saya lagi”. Dan karena pada masa saya sekolah dulu handphone adalah barang mahal, langka, dan hanya dimiliki oleh beberapa orang yang berada saja, hati saya bergumam lebih kuno lagi “ wah, saya tidak akan bertemu dengan si A, si B dan yang lainnya lagi”. Momen perpisahan teman sekolah terasa seperti perpisahan yang sebenarnya, tidak akan dapat bertemu lagi untuk selama –lamanya hingga hari perhitungan nanti. (pemikiran jadulistis ortodoks yang katroistis…. Hahaha…)

Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi saat ini telah banyak membantu orang-orang yang putus silaturrahmi karena hambatan jarak lokasi dan waktu. Meski kehadirannya memudahkan komunikasi, namun tetap tidak dapat menggantikan rasa hangat tali kasih sayang pertemuan. Meskipun demikian, Teknologi komunikasi tetap telah berjasa besar kepada saya. Karena kehadiranya-lah saya tetap dapat menjalin dan merajut lagi tali silaturrahmi dengan teman –teman saya, guru –guru saya, dan saudara –saudara saya yang jauh tempat tinggalnya.

Mungkin itu dulu yang dapat saya tuliskan. Selamat jalan anak –anakku, selamat belajar dan berjuang di sekolah –sekolah yang telah kalian pilih. Semoga apa yang kalian cita –citakan dapat tercapai. Begitu juga dengan doa –doa orangtua kalian dapat terkabul oleh Allah subhanahu wata’ala, aamiiin ya rabbal ‘aalamin

2 komentar:

Prof. DR. Ngainun Naim, M. H. I.

Sebelum saya menceritakan beberapa kanangan saya terkait dengan Prof. DR. Ngainun Naim, M. H. I, saya ingin terlebih dahulu mengucapkan &quo...