Kamis, 13 Agustus 2020

menjadi diri sendiri


Ghofar Hilman adalah salah satu presenter profesional Indonesia yang cukup idealis. Tidak mau menjadi siapapun selain menjadi dirinya sendiri. Tutur katanya yang ceplas- ceplos, kelincahannya dalam berkelit setiap menyinggung percakapan yang berunsur dewasa dan ditambah dengan wawasannya yang cukup luas, membuatnya tetap diterima dikalangannya, bahkan menjadi idola.

Kecintaannya dengan punk dan musik-musik cadas membuatnya sangat dekat dengan alkohol, tato, perempuan, dan kegelapan dunia malam. Namun meskipun demikian, hal tersebut tidak membuatnya kesulitan untuk beradaptasi dengan segala situasi. Bahkan yang membuat saya cukup kagum dan heran adalah justru dialah yang menjadi pengaruh dilingkungannya, -lingkungan baru tempat dia membawakan sebuah acara -bukan lingkungan yang mempengaruhinya.

Kaos oblong bersablon band punk dan dilapisi dengan rompi beratribut has anak punk, tidak menjadikannya tampak kontras dengan acara yang dia pandu. Kecuali kalau memang acaranya benar2 formal, dia akan menggunakan pakaian sesuai dengan instruksi panitia penyelenggara. Namun sekali lagi, tetap dengan ciri has ke -punk-annya.

Danilla Riyadi. Seorang musisi indi perempuan yang berani menunjukkan sisi -sisi terburuknya. Tanpa harus memusingkan branding image keanggunan seorang perempuan, dia bertingkah dan berkelakar sesuai dengan apa yang dia inginkan. Kata-kata kotor, tato, rokok, dan minuman keras bukan lagi sebuah aib baginya. Asalkan tidak merugikan orang lain, itu sudah cukup untuk menjadi orang baik baginya.

Pecinta musik dan penggemar kepribadiannya yang terbuka sangat banyak. Hampir setiap konser off air-nya penuh dengan muda-mudi pendengar setia. Bahkan Talkshow yang membincangkan tentang kepribadian dan kehidupan sehari -harinya pun banyak yang memberikan respon positif dan menyukainya.

Berdasarkan dari dua sosok di atas, saya menjadi teringat dengan hadits Rasulullah SAW: “idza lam tahyi, fa’mal masyikta”. Jika kamu tidak malu, maka lakukanlah sesukamu.

Dan hadits Rasulullah: “kullukum ra’in, wa kullukum mas ulun min ra’iyatihi”. Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dia pimpin. (termasuk dirinya sendiri). 

Saya sangat mengagumi keberanian mereka berdua dalam bertindak dan berprilaku sesuai dengan apa yang mereka berdua sukai. Namun saya juga takut terhadap hari akhir. Bukan berarti sok suci, namun masih belajar bagaimana cara menjalani dan menikmati hidup dengan apa adanya tanpa harus ada drama, apalagi tipudaya namun tetap dalam norma agama. Beribadah, bekerja, berpakaian, bahkan menulis tanpa harus menghiraukan pendapat orang. Semua asal hati suka dan tidak melanggar agama maka lakukan.


1 komentar:

Prof. DR. Ngainun Naim, M. H. I.

Sebelum saya menceritakan beberapa kanangan saya terkait dengan Prof. DR. Ngainun Naim, M. H. I, saya ingin terlebih dahulu mengucapkan &quo...