Jumat, 11 Juni 2021

3 lapisan diri dalam kehidupan sosial

 Hidup itu simpel. 

Kenali potensi diri dan lingkup sekitar yang menyelimuti. 


Beberapa hari ini saya cukup sering memutar video Sabrang MDP (putra Cak Nun). Topik pembicaraan apapun, saya simak. Meski tidak semua full hatam, namun banyak pelajaran yang menjadi catatan penting bagi saya. 


Videonya beragam. Dari yang tayang beberapa bulan lalu hingga 3 tahun yg lalu. Latar belakangnya, Keluasan ilmunya, dan Cara berfikirnya, cukup mampu memperdalam sumur nalar saya yang dangkal. Banyak hal-hal baru yg saya baru tahu. Salah satu contohnya adalah konsep "mengenal 3 lapisan diri/ sosial". 


Pada awalnya konsep ini menurut saya adalah hal yang tidak terlalu penting, akan terapi setelah saya mencoba menerapkannya dalam keseharian, ternyata konsep ini dapat membuat saya semakin rileks dan dapat menikmati hidup. Meski terkadang ego sedikit lebih mendominasi. 


Menurut sabrang, kehidupan sosial manusia terdiri dari 3 lapisan, yaitu: lingkar pengaruh, lingkar peduli, dan lingkar pengetahuan. Lingkar pengaruh adalah sebuah wilayah sosial yang mana keputusan ataupun langkah kita dapat mempengaruhi ataupun merubah situasi sosial wilayah tersebut. Contohnya adalah: (lingkungan sekolah) jika kita adalah kepala sekolah, maka wilayah sosial yang berada dibawah pengaruh kita adalah guru kelas, guru mapel, guru ekstra, OB, seluruh siswa, dll yg ada di lingkup sekolah. Jika kita guru kelas, maka lingkar pengaruh kita adalah seluruh siswa dalam 1 kelas tersebut. (Lingkungan keluarga) Jika kita adalah kepala rumah tangga, maka lingkar pengaruh kita adalah seluruh anggota keluarga. Dan lain sebagainya. 


Lingkar peduli. Lingkar peduli adalah sebuah wilayah sosial yang mana kita hanya dapat memberikan saran ataupun kepedulian, namun tidak dapat memaksakan saran kita menjadi sebuah keputusan. Contohnya adalah: (lingkungan sekolah) jika kita sebagai guru mapel ataupun guru kelas, maka kita hanya dapat memberikan saran kepada kepala sekolah ataupun rekan sejawat atas kebijakan apa yang akan mereka ambil. Akan tetapi kita tidak dapat memaksakan saran kita agar menjadi keputusan mereka. (Lingkungan keluarga) jika berperan sebagai anak, maka ayah, ibu, dan saudara adalah wilayah kepedulian kita. Sekali lagi. Kita tidak dapat memaksakan kehendak mereka dalam menentukan solusi permasalahan yg mereka hadapi. Kita hanya dapat memberikan saran ataupun kepedulian. 


Lingkar pengetahuan. Lingkar pengetahuan adalah sebuah wilayah sosial terluar yang kita tidak dapat memberikan kontribusi apapun dan tidak harus ikut campur. Contohnya adalah: (lingkungan sekolah) kita tidak dapat memberikan reaksi apapun terhadap permasalahan yang dihadapi oleh lembaga sekolah lain. Kita hanya mampu mengamati dan mempelajari permasalahan mereka dari jauh. Jika permasalahan itu suatu saat menyapa kita, maka sedikit banyak kita tahu apa yg harus kita lakukan. Begitu juga dalam lingkungan keluarga. Lingkar pengetahuannya adalah kehidupan keluarga orang lain. Kita tidak memiliki peran apapun. Kecuali jika kita dekat dan dimintai pendapat atau masukan. 


Berdasarkan konsep di atas, sedikit banyak saya menjadi lebih mudah dalam memilah hal apa saja yang harus saya prioritaskan, saya fikirkan, menjadi tanggungjawab atas saya, dan atau sama sekali bukan wilayah saya. 


Menurut saya, jika kita tahu wilayah -wilayah kita, maka kita tidak akan stress, dapat bermanfaat lebih optimal, dapat lebih menikmati hidup, dan yang terpenting, tidak "offside" mencampuri urusan orang lain yang bukan wilayah kita. 😃


#jumatmalam, 11-06-2021

Minggu, 21 Maret 2021

Terdengar Suara tangisan perempuan saat menjelang tengah malam


Tempat tinggalku berada di desa yang tidak terlalu pelosok. Beranggapan, Kediri. Cukup ramai saat siang namun cukup sepi saat menjelang tengah malam. Tepatnya pukul 9 malam ke atas sudah banyak toko tutup dan sangat jarang orang berlalu -lalang. Sepi sunyi. 

Cerita ini terjadi sudah cukup lama, sekitar 2 atau 3 tahun lalu. Saya lupa hari dan tanggalnya namun masih teringat jelas bahwa kejadian tersebut malam hari. Sekitar diatas jam 10 malam. Suara seperti tangisan perempuan terdengar cukup jelas dan terasa cukup dekat. “Hu... Hu... Hu... “

Malam itu saya sendirian di rumah. Bapak dan ibuk ada acara di kota sebelah, baru pulang hampir tengah malam sedangkan saudara -saudaraku di pondok. Karena saya sendirian, maka saya berdiam dikamar saya. Namun sebelumnya, saya mematikan lampu -lampu yg tidak digunakan. Ruang tengah, ruang tamu dan ruangan lainnya. 

Karena saya belum mengantuk, maka saya menyalakan laptop. Disaat saya sedang asik bermain laptop, Tiba-tiba terdengar suara tangisan perempuan. Pada awalnya saya kira saya salah dengar, namun semakin lama tangisannya semakin panjang dan lama. Saya menghentikan pergerakan dan fokus memperhatikan pusat suara, darimana asalnya. Ketik itu Jantung saya berdegup dengan kencang. Fikiran sudah kemana-mana. Suaranya jelas didepan kamar. Astaghfirullah... Apa ini. Siapa yang menangis... 

Cukup lama saya diam memperhatikan sambil hati ini tidak lepas membaca istighfar, takbir, dan beberapa kalimat dzikir lainnya. Hampir lima menit lebih, suaranya masih terdengar “Hu... Huuu. Huu... “. 

kebetulan pintu kamar saya saat itu terbuka lebar namun tertutup tirai. Karena lampu ruang tengah tadi sudah saya matikan, maka tampak gelap dari kamar saya. Mata fokus memandang tirai bagian bawah, karena sumber suara seakan-akan tepat didepan tirai kamar saya. Pikiran saya sudah membayangkan berbagai jenis setan perempuan entah kuntilanak, wewe gombal atau sejenisnya yang sedang bersimpuh duduk sambil menangis. Astaghfirullah... 

Setelah hati ini cukup tenang, saya mencoba memberanikan diri untuk membuka tirai depan pintu tersebut Dengan berkat dalam hati “kalau sampai itu benar-benar setan perempuan, maka akan saya bentak dan saya suruh pergi”. Saya langsung bergegas bediri dan menuju tirai serta langsung membukanya. (Karena kalau lama- lama /slowmotion saya hawatir keberanian ini segera hilang, haha...). 

Setelah saya sampai dekat tirai dan membukanya lebar -lebar, mata saya langsung tertuju pada kucing abu -abu loreng yang sedang meringkuk tengkurap dengan suara yang menyerupai tangisan perempuan, Hu... Huuu.... Seketika itu mulut saya reflek mengucapkan Astaghfirullahalazim.... Alhamdulillah... Asem kamu cing, bikin kaget saja, ngapain kamu disitu? Tanyaku lega...😌. Kucing itu lantas memandangku sebentar dan setelah itu langsung lari pergi. 

Setelah tahu bahwa itu kucing, saya pun kembali kekamar dan bermain laptop. Selang beberapa saat karena sudah cukup mengantuk, akhirnya saya tidur dengan tenang, alhamdulillah... [Sekian].



Senin, 08 Maret 2021

4 hal yang diambil oleh Allah saat manusia sakit


Kesehatan sangat mahal harganya. Apapun itu. Kesehatan jasmani maupun rohani. Jika terjadi sebuah keabnormalan pada dua hal tersebut, pasti aktivitas seseorang akan terganggu. Seseorang tersebut tidak akan dapat menyelesaikan urusannya secara maksimal. 

Allah memerintahkan 4 malaikat untuk mengambil 4 hal dari hambanya yang beriman ketika ditimpakan sebuah ujian sakit. Adapun beberapa hal yang diambil oleh Allah dari seorang hamba pada saat dia sakit adalah sebagai berikut; Pertama adalah cahaya atau rona wajah. Setiap manusia yang memiliki nikmat kesehatan, wajahnya pasti berbinar-binar cerah. Apapun warna kulitnya, wajah manusia yang sehat senantiasa berseri-seri. Nampak segar. Berbeda ketika dia sakit. Wajah yang cerah dan segar menjadi tampak kusut dan pucat. 

Kedua adalah kekuatan. Seseorang yang keseharinnya berkebun, berolahraga, dan berbagai aktifitas gerak lainnya, baik berat ataupun ringan, saat dirinya sakit, stamina tubuh pasti berkurang. Jika prosentase kekuatan saat sehat 100%, baik secara sadar atau tidak sadar, pada saat sakit kekuatannya pasti berkurang, tergantung tingkat rasa sakit yang dirasakan. 

Kekuatan disini bukan hanya kekuatan otot saja, akan tetapi kekuatan maksimum fungsi organ tubuh. Contohnya adalah sakit gigi. Seseorang yang terserang sakit gigi, sudah dapat dipastikan bahwa kemampuannya -kekuatan fungsi gigi -mengunyah berkurang. Jika tetap dipaksakann untuk bekerja seperti saat sehat, rasa sakit tersebut pasti semakin menjadi-jadi. Contoh yang lainnya adalah penyakit -penyakit ringan lainnya yang sering kita rasakan seperti pusing, mual, kram, dan sebagainya. 

Yang ketiga adalah rasa nikmat saat makan. Apapun penyakitnya, seseorang pasti tidak memiliki selera makan yang kuat seperti saat sehat. Hal tersebut dikarenakan fungsi indra pengecap atau perasa terganggu. makanan apapun terasa hambar, bahkan makanan favoritnya pun tidak berselera walaupun sekedar memandangnya. 

Yang keempat atau terakhir adalah dosa. Rasulullah SAW bersabda yang artinya "Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, dihapuskan dengan dosa-dosanya". (HR. Muslim no. 2573).

Hal-hal yang diambil oleh Allah di atas akan dikembalikan lagi kepada manusia beriman pada saat masa ujian atau sakitnya telah selesai (sembuh) kecuali 1, yaitu dosa. Allah mengambil 4 hal saat seseorang sakit dan mengembalikanya 3 hal saat dia telah sehat atau selesai menjalankan ujiannya.

Demikianlah Allah. Melakukan segala hal dengan kehendak-NYA. Merahmati, menguji, mengampuni siapapun yang DIA kehendaki, tidak ada seorang manapun yang mampu mencegah ataupun memaksakan kehendak-NYA. 

Allah yang memerintahkan, Allah yang memudahkan. Allah yang menguji, Allah yang memberi solusi. Bahkan Allah masih memberikan kita imbalan pahala yang berlipat-lipat setelah kita mampu dengan sabar melewati dan melaksanakan Ujian serta perintah-NYA. Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah. 

Kamis, 25 Februari 2021

Antologi menggugah minat untuk menulis lagi

 


SPK tulungagung berdiri pada bulan Juli tahun 2020 lalu, “menurut ketua SPK tulungagung (SPKTA), Thoriqul Aziz”. Pada mulanya SPK ini hanya sebatas grup literasi atau pelatihan menulis saja, namun melihat antusias peserta dan semangat pembina yang menggelora untuk berbagi ilmu dan pengalaman dalam dunia kepenulisan, maka dengan berjalannya waktu, terbentuklah sebuah komunitas SPK cabang Tulungagung.

Sejak saya menjadi anggota grup ini, kalau dihitung mungkin hanya sekitar 10 tulisan yang sudah saya setorkan, itupun tulisan ringan, tidak ada format apapun dalam menulisnya, hanya judul dan isi. Sudah.

Pada awalnya saya cukup berusaha untuk konsisten menyetor tulisan wajib pada hari jumat. Namun setelah beberapa kali setor, lambat laun menjadi terhutang (namun masih sempat nyaur). Kemudian karena saking banyaknya yang terhutang, saya keberatan untuk melunasi, dan akhirnya saya memutuskan untuk melakukan pemutihan suatu saat kalau sempat dan ingin menulis lagi. Hehe... maaf

Pada saat saya cukup aktif menulis setoran wajib, ada ide menarik yg ditawarkan oleh grup SPKTA pada waktu itu, yaitu mencetak tulisan para anggota SPKTA -dengan tanpa ketentuan -menjadi antologi. Tulisan mana yang paling menarik menurut penulis, disetorkan kepada panitia penyusunan, dan kemudian dipilih serta diperbaiki tata bahasanya oleh editor. jika semua sudah terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah membuat layout , mendisain sampul, mencari endorsmet, mendaftarkan ISBN, kemudian pada akhirnya menerbitkan  dan mengedarkan. 

Saya yakin bahwa dalam proses pencetakan tidak semudah seperti yg saya utarakan di atas. Banyak kendala-kendala besar yg dihadapi oleh para penggerak grup dalam penyusunannya. Baik dari rekan -rekan panitia maupun pembina (Dr, Ngainun Naim, M. H. I).

Puji syukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT yg telah memudahkan segala urusan kita dan senantiasa menjaga himmah (keinginan dan kegigihan) para penggerak SPKTA dalam melestarikan literasi di Indonesia. Tak lupa pula saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada para penggerak SPKTA, terlebih kepada bapak Ngainun Naim yang telah rela meluangkan waktu, fikiran dan tenaganya untuk mewujudkan tercetaknya buku antologi “MEMBUMIKAN LITERASI” meskipun harus mencari-cari waktu luang ditengah kesibukannya. Semoga amal kalian tercatat menjadi sebuah amal jariah. mampu mencetak penulis -penulis baru yang InsyaAllah salah satu dari para penulis tersebut, karyanya mampu mengubah atau paling tidak menjadi poros peradaban dimasa mendatang seperti penulis-penulis terkenal dimasa lalu. Meskipun mereka telah tiada berabad-abad lalu, namun pemikiran-pemikiran nya masih tetap segar dan menjadi poros peradaban saat ini.

Pada awalnya saya tidak terlalu berharap lebih bahwa ide membuat antologi tersebut akan terealisasi. Mungkin karena saya belum pernah membuat karya tulis apapun kecuali tugas kuliah, jadi agak berat untuk membayangkan membuat atau ikut terlibat dalam sebuah antologi. Selain itu saya juga belum cukup percaya diri jika tulisan saya go public.

Berdasarkan dari rasa pesimis tersebut, saya jadi tidak terlalu berharap lebih. Yang lalu biar berlalu. Angan-angan biar menjadi angan-angan. Namun akhirnya saya tidak menyangka bahwa buku antologi tersebut benar-benar berhasil terbit, bahkan ber ISBN, subhanallah.  

Sebenarnya sebelum buku antologi ini terbit, ada beberapa ide pembukuan menulis lainnya di grup SPKTA yang menjadikan saya melupakan ide menulis antologi yg pertama karena sudah cukup lama berlalu dan saya juga lama berhutang tulisan, jadi hanya sebatas menjadi pemirsa. Bahkan tulisan apa saja yg pernah saya kirim pun lupa judulnya, hehe... 

Namun tanpa disangka dan dinyana, di dalam buku antologi MEMBUMIKAN LITERASI yang telah berhasil terbit tersebut, ternyata ada tulisan saya di dalamnya. bahkan tulisan pertama. (karena penyusunannya berdasarkan alphabet nama penulis). Alhamdulillah.

Di dalam daftar isi buku antologi "MEMBUMIKAN LITERASI" tersebut, saya menjadi penulis nomor satu atau pertama. (karena nama saya berawalan A). Secara tidak langsung nama saya pasti menjadi nama penulis yang pertama kali dilihat dalam daftar isi, baik sengaja ataupun tidak. Setelah itu baru nama-nama penulis lainnya. hehe...

Semoga buku antologi ini menjadi titik awal saya untuk istiqomah menulis. Mencoba memberdayakan diri melalui tulisan dan mencoba berkontribusi untuk agama dan negara melalui tulisan. Aamiin... Terimakasih semuanya, sahabat pena kita Tulungagung, wabil khusus khusus bapak Ngainun Naim. Salam. 

Prof. DR. Ngainun Naim, M. H. I.

Sebelum saya menceritakan beberapa kanangan saya terkait dengan Prof. DR. Ngainun Naim, M. H. I, saya ingin terlebih dahulu mengucapkan &quo...